Rangkaian Simulasi & Prinsip Kerja

 

Rangkaian Simulasi & Prinsip Kerja


1. Sensor Suhu (LM35)

  • LM35 menghasilkan tegangan keluaran sebanding dengan suhu (10 mV per °C).
    Misalnya: suhu 30°C → output = 0,30 V.

  • Tegangan dari LM35 masuk ke input non-inverting (+) dari op-amp LM324.

  • Pin inverting (–) LM324 diatur menggunakan potensiometer (RV1) sebagai batas ambang suhu (set point).

  • Jika tegangan dari LM35 lebih tinggi dari tegangan referensi RV1, maka output LM324 menjadi HIGH (logika 1).

  • Artinya: suhu tinggi → keluaran LM324 aktif.

2. Sensor Gas (MQ-4)

  • Sensor MQ-4 mendeteksi gas metana (CH₄).

  • Pin OUT dari sensor menghasilkan logika:

    • LOW (0) → tidak ada gas,

    • HIGH (1) → ada gas terdeteksi (melebihi ambang).

  • Output ini juga masuk ke gerbang logika OR (U5).

3. Kombinasi Logika (Gerbang OR – U5)

  • Input OR berasal dari dua sumber:

    1. Output sensor suhu (melalui LM324)

    2. Output sensor gas (MQ-4)

  • Logika kerja OR:
    Jika salah satu input HIGH, maka output juga HIGH.

  • Jadi, bila suhu tinggi ATAU gas terdeteksi, maka output OR aktif.

4. Transistor dan Relay (Driver Kipas)

  • Output dari gerbang OR mengalir ke basis transistor NPN 2N2222 melalui resistor R2 (10k).

  • Jika output OR HIGH → basis transistor mendapat tegangan >0.6 V → transistor aktif (saturasi).

  • Transistor mengalirkan arus dari kolektor ke emitter → relay (RL1) aktif.

  • Saat relay aktif, kontak NO (Normally Open) menutup → kipas menyala.

  • Tujuannya: meniup atau membuang gas panas/berbahaya.

5. Indikator Digital (IC 7493 dan 4511 + Seven Segment)

  • IC 7493 = 4-bit binary counter

    • Menghitung pulsa atau sinyal dari output sensor.

  • IC 4511 = BCD to 7-segment decoder

    • Mengubah output biner dari IC 7493 menjadi tampilan angka pada seven segment display.

  • Fungsi ini digunakan untuk menampilkan jumlah deteksi (berapa kali sensor aktif).

6. Kesimpulan Alur Kerja

  1. Sensor suhu LM35 dan sensor gas MQ-4 mendeteksi kondisi lingkungan.

  2. Jika suhu tinggi atau gas terdeteksi, op-amp atau MQ-4 mengeluarkan logika HIGH.

  3. Gerbang OR menggabungkan dua sinyal → menghasilkan HIGH jika salah satunya aktif.

  4. Transistor 2N2222 aktif → mengaktifkan relay → kipas menyala.

  5. IC 7493 dan 4511 menampilkan data pendeteksian pada seven segment.

Prosedur

 

Prosedur

  1. Catu Daya

    • Sambungkan catu daya 12 V dan GND ke breadboard.

    • Gunakan modul step-down (buck converter) untuk menurunkan tegangan dari 12 V menjadi 5 V.

    • Sambungkan output 5 V dan GND dari step-down ke sisi lain breadboard sebagai sumber daya 5 V.

  2. Sensor Suhu LM35

    • Kaki kiri (VCC) → dihubungkan ke 5 V.

    • Kaki kanan (GND) → dihubungkan ke ground.

    • Kaki tengah (Output) → sebagai keluaran sensor suhu.

  3. Potensiometer

    • Kaki kanan → ke tegangan 5 V.

    • Kaki kiri → ke ground.

    • Kaki tengah (wiper) → sebagai output tegangan variabel.

  4. Penguat Operasional (Op-Amp)

    • Output LM35 → dihubungkan ke kaki non-inverting (+) op-amp.

    • Output potensiometer → dihubungkan ke kaki inverting (–) op-amp.

    • Output op-amp akan menjadi sinyal pembanding suhu.

  5. Sensor Gas MQ-2

    • Kaki VCC → ke tegangan 12 V.

    • Kaki GND → ke ground.

    • Kaki Output → sebagai keluaran deteksi gas.

  6. Gerbang Logika OR

    • Input 1: dari output op-amp.

    • Input 2: dari output sensor MQ-2.

    • Output gerbang OR → sebagai sinyal kontrol utama.

  7. Transistor dan Relay

    • Output gerbang OR → masuk ke basis transistor melalui resistor 10 kΩ (pembatas arus) dan resistor 330 Ω (proteksi tambahan).

    • Emitor → ke ground.

    • Kolektor → ke koil relay.

    • Kontak relay → menghubungkan kipas DC dengan sumber 12 V.

  8. Counter, Dekoder, dan Seven Segment

    • Output gerbang OR juga dihubungkan ke pin CKA (Clock A) pada IC counter.

    • Output counter → dihubungkan ke IC dekoder.

    • Output dekoder → dihubungkan ke seven segment display untuk menampilkan hasil perhitungan.


Modul 4 Sistem Digital



Modul 4




MODUL 4


1. Pendahuluan [Kembali]

Dalam industri penyimpanan makanan beku (frozen food), pengendalian suhu merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas dan keamanan produk. Produk makanan seperti daging, ikan, dan makanan olahan harus disimpan pada suhu rendah agar tidak cepat rusak. Jika suhu naik, proses pembusukan akan lebih cepat terjadi, menghasilkan gas amonia (NH₃) yang berbau tajam dan menandakan adanya penurunan kualitas makanan.

Permasalahan utama yang sering muncul adalah tidak adanya sistem otomatis yang dapat mendeteksi perubahan suhu dan keberadaan gas amonia secara bersamaan. Keterlambatan dalam penanganan dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan dalam jumlah besar. Untuk mengatasi hal tersebut, dirancanglah alat pengatur suhu otomatis berbasis sensor LM35 dan sensor gas MQ-4. Ketika suhu naik atau terdeteksi gas amonia, alat ini akan secara otomatis mengaktifkan kipas pendingin agar suhu kembali normal dan menghambat pembusukan yang pada akhirnya menenkan kadar gas amonia pada ruangan.

Sistem ini menggunakan beberapa komponen utama seperti LM35 untuk deteksi suhu, MQ-4 untuk deteksi gas, LM324 sebagai pembanding tegangan, gerbang logika OR sebagai pengendali logika, transistor 2N2222 sebagai saklar elektronik, serta relay dan kipas DC sebagai aktuator. Dengan sistem ini, proses penyimpanan frozen food menjadi lebih aman, efisien, dan otomatis.

2. Tujuan [Kembali]

  1. Merancang dan membuat sistem otomatis untuk mengontrol suhu ruang penyimpanan makanan beku.

  2. Mendeteksi keberadaan gas amonia akibat pembusukan makanan menggunakan sensor MQ-4.

  3. Mengaktifkan kipas pendingin secara otomatis ketika suhu atau kadar gas melebihi batas normal.

  4. Menerapkan prinsip kerja rangkaian komparator, gerbang logika, dan relay dalam sistem pengendalian suhu dan gas.

  5. Mengetahui cara kerja sistem kontrol otomatis berbasis sensor dalam aplikasi dunia nyata.


3. Alat dan Bahan[Kembali]

1. Beardboard


 

2. Sensor suhu LM35


 

3. Sensor gas MQ - 2


 

4. Gerbang OR

5. IC LM393


 

6. Transitor BD139 


 

7. Relay

8. IC7490


 

9. IC 4511


 

10. Potensiometer


 

11. Resistor


 

12. Jumper


 

13. Dioda


 

14. Kipas


 

15. Adapter


 

4. Dasar Teori [Kembali]

1. Sensor Suhu LM35

Sensor LM35 merupakan sensor suhu tipe analog yang berfungsi untuk mengubah besaran fisik suhu menjadi besaran listrik berupa tegangan analog. LM35 termasuk dalam keluarga sensor suhu presisi yang dikalibrasi langsung dalam derajat Celcius. Sensor ini memiliki keunggulan dibandingkan termistor atau termokopel karena tidak memerlukan kalibrasi eksternal, bersifat linier, dan memiliki sensitivitas tetap sebesar 10 mV/°C.


 

Secara matematis, hubungan antara suhu dan tegangan keluaran LM35 dinyatakan dengan persamaan:

Vout=10×T(°C)(mV)

Sebagai contoh, jika suhu terukur adalah 30°C, maka tegangan keluarannya sebesar:

Vout=10×30=300mV=0,3V

LM35 bekerja dengan catu daya antara 4V–30V DC dan memiliki tingkat kesalahan maksimum ±0,5°C pada suhu kamar. Sensor ini dipasang pada bagian dalam ruang frozen food untuk memantau kondisi suhu aktual. Ketika suhu naik di atas batas normal, tegangan keluarannya meningkat sehingga dapat dibandingkan dengan tegangan referensi dari potensiometer untuk menghasilkan sinyal logika tertentu.

Pin pada LM35 adalah sebagai berikut


 

 

2. Sensor gas MQ-4 

Sensor gas MQ-4 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan gas metana (CH₄) dan gas amonia (NH₃). Prinsip kerja sensor ini berdasarkan pada perubahan resistansi bahan semikonduktor (umumnya SnO₂) akibat reaksi kimia dengan gas yang terdeteksi. Saat molekul gas amonia hadir di sekitar sensor, terjadi reaksi oksidasi-reduksi pada permukaan sensor yang menyebabkan perubahan konduktivitas.


 

Sensor MQ-4 memiliki dua bagian utama:

  1. Elemen pemanas (heater coil) yang menjaga suhu sensor pada kondisi optimal (sekitar 200–300°C).

  2. Elemen deteksi (SnO₂) yang resistansinya berubah terhadap konsentrasi gas.

Hubungan antara resistansi sensor (Rs) dan konsentrasi gas dalam satuan ppm (part per million) adalah:

dengan:

  • RsR_s = resistansi sensor terhadap gas tertentu

  • RoR_o = resistansi sensor dalam udara bersih

  • AA, BB = konstanta kalibrasi yang ditentukan oleh pabrikan

Semakin tinggi konsentrasi gas amonia, semakin kecil nilai Rs dan tegangan keluaran sensor akan meningkat. Sinyal analog ini kemudian dibandingkan dengan tegangan ambang (threshold) melalui komparator LM324 untuk menentukan apakah kadar gas sudah berbahaya. 

Pin pada MQ 2 adalah


 

3. IC LM393 (Op-Amp / Komparator)

IC LM393 merupakan dual comparator yang berarti memiliki dua komparator independen di dalam satu kemasan. Komparator berfungsi untuk membandingkan dua tegangan input, yaitu tegangan dari sensor suhu (Vin+) dan tegangan referensi (Vin−). Output komparator akan berubah status logika berdasarkan hasil perbandingan kedua tegangan tersebut.



 

Jika tegangan dari sensor lebih tinggi dari tegangan referensi, maka output komparator akan berlogika rendah (Low) karena LM393 menggunakan open-collector output. Sebaliknya, jika tegangan sensor lebih rendah dari tegangan referensi, maka output akan berlogika tinggi (High) melalui resistor pull-up eksternal.

Secara umum, prinsip kerja LM393 mengikuti hukum:

Vout={Low,jika Vin(+)>Vin()High,jika Vin(+)<Vin()V_{out} = \begin{cases} Low, & \text{jika } V_{in(+)} > V_{in(-)} \\ High, & \text{jika } V_{in(+)} < V_{in(-)} \end{cases}

Kelebihan LM393  antara lain:

  • Memiliki kecepatan respon yang lebih tinggi dalam mendeteksi perubahan tegangan.

  • Mengonsumsi daya yang lebih rendah.

  • Dapat langsung digunakan sebagai pembanding digital karena output open-collector bisa dikombinasikan dengan logika TTL atau CMOS.

Dengan menggunakan LM393, rangkaian menjadi lebih akurat dalam menentukan batas suhu kapan kipas atau pendingin harus aktif, sebab perubahan kecil pada sinyal sensor dapat langsung direspons.

4. Gerbang Logika OR



Y = A + B

Gerbang logika OR digunakan untuk menggabungkan dua kondisi masukan, yaitu sinyal dari komparator suhu dan komparator gas. Fungsi logika OR akan menghasilkan keluaran logika 1 jika salah satu atau kedua input bernilai 1. Dengan demikian, sistem tidak hanya bereaksi terhadap kenaikan suhu, tetapi juga terhadap keberadaan gas amonia.

Tabel kebenaran gerbang OR:

Persamaan logika:

Artinya, kipas akan aktif jika A = 1 (suhu tinggi) atau B = 1 (gas terdeteksi).

5. Transistor BD139


 

Transistor BD139 merupakan transistor NPN daya menengah (medium power transistor) yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi elektronika, terutama sebagai penguat arus (current amplifier) dan saklar (switching device). Transistor ini dirancang khusus untuk aplikasi di mana diperlukan arus kolektor yang cukup besar namun masih dalam kategori rangkaian sinyal kecil dan menengah, seperti penggerak motor DC, pengendali relay, penguat audio, serta sistem pengendalian suhu otomatis.

Dalam konteks rangkaian pengendali suhu berbasis LM35 dan LM393, transistor BD139 memiliki peran sangat penting sebagai driver kipas. Fungsi utamanya adalah menguatkan sinyal logika berarus kecil dari IC LM393 agar dapat menggerakkan beban dengan arus lebih besar, seperti motor DC kipas pendingin. Dengan demikian, BD139 berperan sebagai penghubung antara bagian kontrol (IC LM393) dan bagian aktuator (kipas DC).

Berikut spesifikasi umum transistor BD139:

  • Tegangan kolektor–emitor maksimum (Vceo) : 80V
  • Tegangan kolektor–basis maksimum (Vcbo) : 100V
  • Tegangan emitor–basis maksimum (Vebo) : 5V
  • Arus kolektor maksimum (Ic) : 1,5A
  • Daya disipasi maksimum (Ptot) : 12,5W
  • Frekuensi transisi (ft) : 190 MHz
  • Penguatan arus DC (hFE) : 25–160 (tergantung arus dan suhu kerja)

Nilai penguatan arus (hFE) menunjukkan perbandingan antara arus kolektor (Ic) dengan arus basis (Ib) yang mengontrolnya, dengan rumus:

hFE=ICIBh_{FE} = \frac{I_C}{I_B}

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa arus kecil pada basis (Ib) dapat menghasilkan arus yang jauh lebih besar pada kolektor (Ic). Inilah dasar dari fungsi penguatan arus pada transistor.

Transistor BD139 dikemas dalam bentuk TO-126 dengan tiga kaki utama, yaitu:

  • Basis (B) → menerima sinyal kendali dari IC LM393 melalui resistor basis (biasanya 10 kΩ–47 kΩ) untuk membatasi arus basis agar tidak melebihi batas aman.
  • Kolektor (C) → dihubungkan ke salah satu sisi beban (kipas DC atau relay).
  • Emitor (E) → dihubungkan langsung ke ground (0V).

Ketika transistor bekerja sebagai saklar, tiga daerah kerja penting perlu diperhatikan:

  • Daerah Cut-off: transistor dalam keadaan mati (tidak ada arus basis, Ib = 0), sehingga arus kolektor (Ic) juga 0.
  • Daerah Aktif: transistor bekerja sebagai penguat arus; arus kolektor berbanding lurus dengan arus basis (Ic = β × Ib).
  • Daerah Saturasi: transistor dalam keadaan jenuh (fully ON); arus maksimum mengalir dari kolektor ke emitor, resistansi kolektor–emitor sangat kecil (RCE ≈ 0 Ω).

Pada sistem pengendali suhu otomatis, BD139 bekerja berdasarkan sinyal logika yang dihasilkan oleh IC LM393 (komparator).

  • Ketika suhu melebihi ambang batas, tegangan keluaran sensor LM35 naik sehingga tegangan input positif LM393 lebih besar daripada tegangan referensi. Akibatnya, output LM393 menjadi Low (mendekati 0V) karena sifat open collector-nya.
  • Arus basis kemudian mengalir dari output LM393 menuju basis BD139 melalui resistor pembatas. Arus kecil ini menyebabkan BD139 masuk ke kondisi saturasi, sehingga arus besar dapat mengalir dari kolektor ke emitor. Arus ini digunakan untuk menyalakan kipas DC atau mengaktifkan relay pendingin.
  • Ketika suhu turun di bawah ambang batas, tegangan dari LM35 menjadi lebih rendah daripada tegangan referensi potensiometer. Output LM393 berubah menjadi High (5V) sehingga arus basis BD139 terputus. Transistor pun masuk ke kondisi cut-off, arus kolektor berhenti mengalir, dan kipas otomatis mati.

Proses ini terjadi secara otomatis dan terus-menerus, menjaga kestabilan suhu pada nilai yang diinginkan.

Arus kolektor (Ic) yang mengalir melalui kipas DC bergantung pada arus basis (Ib) dan penguatan arus transistor (β atau hFE). Secara umum dapat ditulis:

IC=hFE×IBI_C = h_{FE} \times I_B

Jika kipas DC memerlukan arus sebesar 500 mA dan BD139 memiliki hFE = 100, maka arus basis minimum yang dibutuhkan adalah:

IB=IChFE=500mA100=5mAI_B = \frac{I_C}{h_{FE}} = \frac{500mA}{100} = 5mA

Untuk mengatur arus basis tersebut, digunakan resistor basis (Rb) dengan nilai:

RB=Vout(LM393)VBEIBR_B = \frac{V_{out(LM393)} - V_{BE}}{I_B}

Dengan asumsi

dan :

RB=5V0.7V5mA=860ΩR_B = \frac{5V - 0.7V}{5mA} = 860Ω

Secara praktis, dipilih nilai 1 kΩ–10 kΩ agar arus basis tetap aman namun transistor dapat aktif penuh ketika suhu melebihi batas.


6. IC7490 (Counter) dan IC 7448 (BCD to 7-Segment Decoder)

IC IC7490 merupakan penghitung biner (binary ripple counter) 4-bit yang digunakan untuk menghasilkan urutan logika biner 0000–1111 (0–15). IC ini memiliki dua masukan clock (CKA dan CKB) serta empat keluaran (QA, QB, QC, QD).


 

IC 7448 berfungsi sebagai pengonversi kode biner (BCD) menjadi tampilan angka pada seven segment display. Setiap kombinasi biner pada input (A, B, C, D) akan diubah menjadi pola pencahayaan pada segmen LED (a–g) untuk menampilkan angka desimal.


 

Hubungan antara input BCD dan output seven segment diatur oleh tabel dekoder internal IC 7448. IC ini juga dilengkapi dengan pin latch dan blanking untuk mengontrol tampilan secara efisien.

Fungsi kedua IC ini dalam sistem adalah memberikan informasi visual, yaitu menghitung berapa kali terjadi kenaikan suhu yang ditampilkan lewat seven segment.

8. Potensiometer

Potensiometer digunakan sebagai pembagi tegangan untuk menentukan nilai referensi (reference voltage) pada input inverting (-) dari op-amp LM324. Nilai referensi ini berfungsi sebagai ambang batas suhu atau kadar gas. Jika tegangan keluaran sensor melebihi nilai referensi, maka sistem akan menghasilkan sinyal aktif (HIGH).


 

Persamaan dasar pembagi tegangan:

Vout=Vin×R2R1+R2V_{out} = V_{in} \times \frac{R_2}{R_1 + R_2}

Dengan mengubah posisi putaran potensiometer, pengguna dapat menyesuaikan batas sensitivitas sistem. 

Laporan Akhir 3



1. Jurnal [Kembali]

2. Alat dan Bahan [Kembali]


  1. Panel DL 2203C 
  2. Panel DL 2203D 
  3. Panel DL 2203S 
  4. Jumper 
  5. Laptop dengan software Proteus 8.17 
 

3. Rangkaian Simulasi [Kembali]

      





4. Prinsip Kerja Rangkaian [Kembali]

Prinsip kerja shift register adalah menyimpan dan menggeser data biner di dalam rangkaian flip-flop secara berurutan berdasarkan pulsa clock. Setiap flip-flop dihubungkan secara seri sehingga bit data dapat berpindah dari satu flip-flop ke flip-flop berikutnya setiap kali datang pulsa clock. Arah pergeseran bisa ke kiri atau ke kanan tergantung desain rangkaian. Shift register dapat bekerja dalam beberapa mode: SISO (Serial In Serial Out) untuk memasukkan dan mengeluarkan data bit demi bit, SIPO (Serial In Parallel Out) untuk menerima data serial lalu menampilkannya secara paralel, PISO (Parallel In Serial Out) untuk memasukkan data paralel dan mengeluarkannya serial, serta PIPO (Parallel In Parallel Out) untuk memasukkan dan mengeluarkan data sekaligus. Dengan prinsip ini, shift register banyak digunakan untuk konversi data serial-paralel, penyimpanan sementara, delay, dan pengolahan sinyal digital.

 

5. Video Rangkaian [Kembali]




6. Analisa [Kembali]

1. Analisa bagaimana data serial dapat dikirmkan dan di keluarkan

jawab :

Data serial dikirimkan secara bergantian, artinya data masuk satu-satu ketika dipicu clock. Jika data 1010 maka masuk dari 1 lalu 0 lalu 1 lalu 0. Sedangkan serial output maka data keluar satu-satu saat clock dipicu, jika data 1010 maka masuk dan keluar adalah  1000 lalu 0100 lalu 1010 lalu 0101 lalu 0010 lalu 0001 lalu 0000

2. Analisa bagaimana data paralel dapat dikirmkan dan di keluarkan

Jawab

Prarlel dikirimkan secara bersama-sama sekaligus, data masuk secara bersamaan, jadi jika data 1010 akan langsung masuk masuk 1010 saat dipicu clock. Data keluar secara paralel artinya dikeluarkan secara bersama-sama, jika data 1010 dipicu clock maka akan kembali langsung ke 0000

 3. Bandingkan keempat mode (PIPO, SISO, SIPO, PISO) berdasarkan cara input, cara output, kebutuhan clock, serta kegunaan praktisnya

PIPO (Parallel In Parallel Out) menerima dan mengeluarkan data secara serentak sehingga cepat, cocok untuk memindahkan data antar bagian sistem digital. SISO (Serial In Serial Out) menerima dan mengeluarkan data satu per satu per clock, sederhana tapi lambat, biasanya dipakai untuk buffering atau delay. SIPO (Serial In Parallel Out) menerima data secara serial namun mengeluarkannya sekaligus secara paralel, berguna untuk konversi serial ke paralel seperti pada komunikasi data. Sebaliknya, PISO (Parallel In Serial Out) menerima data secara paralel lalu mengeluarkannya secara serial, berguna untuk transmisi data antar perangkat

 

 

5. Link Download [Kembali]

  • Rangkaian Proteus [Download]
  • Video Rangkaian [Download]
 



 



 







Laporan Akhir 2



1. Jurnal [Kembali]





2. Alat dan Bahan [Kembali]


  1. Panel DL 2203C 
  2. Panel DL 2203D 
  3. Panel DL 2203S 
  4. Jumper 
  5. Laptop dengan software Proteus 8.17 
 

3. Rangkaian Simulasi [Kembali]








4. Prinsip Kerja Rangkaian [Kembali]

Synchronous Binary Counter

synchronous binary counter adalah semua flip-flop di dalam rangkaian menerima pulsa clock yang sama secara serentak (sinkron). Artinya, perubahan logika pada setiap flip-flop terjadi pada saat tepi clock yang sama, sehingga tidak ada keterlambatan berantai seperti pada asynchronous counter. Flip-flop pertama (LSB) akan selalu berubah setiap pulsa clock, sementara flip-flop berikutnya hanya berubah jika kondisi tertentu terpenuhi (misalnya semua bit di bawahnya bernilai logika 1). Dengan mekanisme ini, keluaran counter akan menghitung dalam bentuk biner berurutan (000, 001, 010, 011, dst.) dengan transisi yang lebih cepat, stabil, dan akurat. Karena tidak ada ripple delay, synchronous counter lebih cocok digunakan pada sistem digital berkecepatan tinggi yang membutuhkan sinkronisasi data. 


5. Video Rangkaian [Kembali]









 

6. Analisa [Kembali]

1. Analisa perbedaan hasil jurnal dan percobaan dari dua ic yg digunakan (div 16 dan div 10)

jawab :

  • IC div 16 akan menghiung biner 0-15, pada rangkaian saat clock dipicu pada input up maka perhitungan dimulai dari kecil ke besar secara berurutan (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15) sementara saat clock dipicu pada input down maka perhitungan akan dimulai dari besar ke kecil secara berurutan (15,14,13,12,11,10,9,8,7,6,5,4,3,2,1,0)
  • IC div 10 akan menghiung biner 0-10, pada rangkaian saat clock dipicu pada input up maka perhitungan dimulai dari kecil ke besar secara berurutan (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) sementara saat clock dipicu pada input down maka perhitungan akan dimulai dari besar ke kecil secara berurutan (9,8,7,6,5,4,3,2,1,0)

2. Analisa perbedaan hasil jurnal dari percobaan 2a dan 2b

Jawab

Pada percobaan 1a, terlihat ada kondisi dimana terjadi perhitungan yaitu saat reset tidak aktif, load tidak aktif, dan up atau down dipicu clock

Sementara pada percobaan 2b tidak ada kondisi yang membuat terjadi perhitungan hal ini mungkin dikarenakan eror pada rangkaian proteus

5. Link Download [Kembali]

 



 


 




Rangkaian Simulasi & Prinsip Kerja

  Rangkaian Simulasi & Prinsip Kerja 1. Sensor Suhu (LM35) LM35 menghasilkan tegangan keluaran sebanding dengan suhu (10 mV per °C)....